Sudah tujuh hari aku berlibur di rumah nenek, aku sangat senang berlibur di sini rasanya aku ingin tinggal di sini lebih lama, menghabiskan liburanku bersama keluarga atau tinggal selamanya di sini tapi itu semua tidak mungkin terjadi karena pekerjaan ayah menuntut kami semua untuk kembali lagi ke kota.
Di rumah nenek aku mendapatkan ketenangan yang tidak aku dapatkan ketika aku tinggal di kota, keadaan di kota terlalu ramai sehingga nyaris tidak ada kedamaian yang ada hanyalah suara bising kendaraan yang berlalu lalang, ataupun suara pabrik-pabrik yang sedang beroperasi menyalakan mesinnya. Di desa aku bisa mencium semerbaknya bunga hutan, melihat rimbunnya semak di belakang rumah, ramainya kicau burung liar setiap bangun pagi, semuanya membangkitkan ketenangan. Di belakang rumah panggung yang menjadi ciri khas rumah di desa nenek ada anak sungai yang mengalir deras dan dingin. Warna air kali kecil ini berwarna orange kecoklatan seperti air teh. Hal ini terjadi karena pengaruh endapan serasah dan akar kayu-kayu hutan tropis di sebellah hulu sana.
Ketika musim hujan tiba, anak sungai ini meluap deras. Bersama teman-teman baruku aku bersenang-senang menikmati alam: terjun bebas dari tebing pasir terjal menyebur ke sungai yang dalam. Lalu dengan sepotong papan, kami menghanyutkan diri, menggiring arus yang deras kearah hilir sungai. Hiruk pikuk bersama lima atau enam rombongan anak-anak membiarkan arus membawa kami beriringan (konvoi) sehingga berkilo-kilo jaraknya. Kami mandi mengobok-obok air. Aku senang sekali punya teman baru seperti mereka, walaupun aku adalah anak perempuan namun aku cukup tangguh untuk bermain bersama anak laki-laki. Mereka semua baik padaku, mereka selalu mengajakku bermain bersama, setiap jam delapan pagi mereka akan daaing ke rumah nenekku lalu kami akan pergi bersama-sama untuk bermain.
Hari ini teman-temanku tidak datang ke rumah nenek karena di luar hujan cukup deras, ada rasa kesal dalam hatiku karena hujan merusak segala rencana kami, hari ini sebenarnya kami ingin bermain di taman sekitar seratus meter dari rumah nenek. Namun, karena hujan tidak reda-reda Ayah pun tak membolehkan aku pergi. Aku duduk di samping jendela sambil melihat keadaan luar rumah, hujan semakin deras.
Tiba-tiba aku bertanya “kenapa sih harus ada hujan?”
ternyata Ayah yang sedang duduk di hadapanku mendengar ucapanku, Ayah pun langsung menjawab pertanyaanku “, hujan adalah suatu berkah dari Allah.”
Ayah mulai mendekati aku dan duduk di samping aku sambil tak lupa membawa korannya yang sedari tadi menemaninya sambil menikmati secangkir kopi. Ayah pun melanjutkan ceritanya “Dengan adanya hujan tanaman-tanaman raksasa ataupun liliput yang ada di dunia ini bisa hidup, karena air adalah salah satu bahan untuk mengolah makanan mereka. Namun hujan pun bisa menjadi bencana bahkan musuh terutama bagi manusia. Hujan yang berlebihan bisa menyebabkan banjir dan pasti segala aktivitas luar tidak bisa terlaksana kalau hujan, benar tidak?”.
Aku mulai berfikir “benar juga ya?” jawabku
“lalu darimana datangnya hujan, yah? Tau sih kalo dari langit tapi… apa langit mempunyai persediaan air kayak sumur gitu? Kok nggak pernah habis sih air yang ada di langit?”
Aku mulai bersemangat untuk mendengarkan penjelasan dari Ayah.
”Dua per tiga dari bumi kita ini mengandung air dan sisanya adalah daratan. Air itu tersimpan dalam banyak wadah seperti samudera, lautan, sungai, danau, dan jangan lupa tubuh kita ini juga mengandung banyak air. Nah air yang ada di berbagai wadah tersebut akan mengalami penguapan atau evaporasi dengan bantuan matahari. Oh ya, tak lupa juga air yang ada di daun tumbuhan ataupun permukaan tanah. Proses penguapan air dari tumbuh-tumbuhan itu dinamakan transpirasi.” Jelas Ayah panjang lebar.
Ayah mulai membenarkan posisi duduknya yang terlihat tidak nyaman kemudian mulai kembali bercerita. “Kemudian uap-uap air tersebut akan mengalami proses kondensasi atau pemadatan yang akhirnya menjadi awan. Awan-awan itu akan bergerak ke tempat yang berbeda dengan bantuan hembusan angin baik secara vertikal maupun horizontal. Gerakan angin vertikal ke atas menyebabkan awan bergumpal. Gerakan angin tersebut menyebabkan gumpalan awan semakin membesar dan saling bertindih-tindih. Akhirnya gumpalan awan berhasil mencapai atmosfir yang bersuhu lebih dingin. Di sinilah butiran-butiran air dan es mulai terbentuk. Lama-kelamaan angin tidak dapat lagi menopang beratnya awan dan akhirnya awan yang sudah berisi air ini mengalami presipitasi atau proses jatuhnya hujan air, hujan es dan sebagainya ke bumi. Nah, seperti itulah proses terjadinya hujan.”.
“Bagaimana, apakah kamu sudah paham sekarang?”. Aku mulai berfikir dan mencerna penjelasan dari Ayah “hmm,,iya, Vivi sekarang sudah paham. Hujan adalah anugerah dari Allah yang wajib kita syukuri karena ternyata prosesnya tida mudah seperti yang Vivi selama ini bayangkan”. Aku senang sekali walaupun aku tidak bisa bermain dengan teman-teman tapi aku mendapatkan pengetahuan yang luar biasa.
0 komentar:
Posting Komentar